Aku menemukan sebuah buku, yang entah mengapa dari tulisannya aku mengambil kesimpulan kalau penulisnya terlalu membenci pendidikan formal. Jujur saja aku tidak nyaman dengan tulisan itu, karena aku merasa tidak sepakat.
Ya, bagaimana tidak membuatku merasa tidak nyaman, dia membenci pendidikan formal dan mengatakan bahwa pendidikan tidak terlalu bermanfaat. Tapi dia sendiri berpendidikan. Bukankah hasil pemikirannya juga hasil dari kontribusi pendidikan?
Menurut pendapat pribadiku, akan lebih masuk akal kalau orang yang mengatakan membenci pendidikan adalah orang yang memang sepanjang hidupnya tidak pernah mendapatkan pendidikan formal. Sehingga dia bisa membuktikan bagaimana caranya berjuang keras untuk mendapatkan ilmu. Akan lebih masuk akal kalau pada akhirnya, setelah dia bisa berilmu tanpa harus mendapatkan pendidikan formal, kemudian dia mengatakan bahwa pendidikan formal itu tidak penting. Karena dia sendiri buktinya, jadi aku akan lebih percaya walaupun mungkin belum tentu setuju.
Tapi penulis di buku ini justru membuktikan sebaliknya, dia berpendidikan formal tapi membenci pendidikan formal.
Akhirnya, dengan baca buku ini, aku jadi mengambil kesimpulan kalau aku tidak cocok sama orang yang terlalu membenci pendidikan formal dan meremehkan orang-orang yang berpendidikan formal. Tapi di sisi lain aku juga tidak cocok sama orang-orang yang terlalu mendewakan pendidikan formal dan meremehkan orang-orang yang tidak mendapatkan pendidikan formal.
Karena menurut aku, segala sesuatu itu ada plus minusnya. Jadi mau menjalani pendidikan formal atau tidak pernah menjalani pendidikan formal sama sekali, tetap akan ada sisi positif dan sisi negatifnya.
No comments:
Post a Comment