Aku pikir semuanya akan tetap aman, ketika tidak terucap sedikit pun penolakan atau penghinaan terhadap cowok itu, tak seperti dulu. Hanya sebaris ketikan yang intinya, "Sepertinya, aku bukan tipe wanita idamannya."
Tapi ternyata tiba-tiba aku tetap dapat mimpi yang sangat aneh. Rasanya aku seperti mengkhianati sahabat sendiri. Bermimpi digoda kekasih sahabat, dan aku tak bisa melawan.
***
Malam itu aku tidak bermaksud memikirkan, mendambakan, bahkan memimpikan pria mana pun. Cuma mengobrol santai via chatting WhatsApp dengan kakak online perempuan, Kak Binar —tentang kelulusan wisuda kuliahnya adikku.
Aku juga menertawakan keputusan konyolku di masa lalu yang seringkali menolak untuk dijodoh-jodohkan, dengan alasan siapapun yang kelak jadi kakak ipar adikku, harus orang yang bisa menjadi panutan adik. Terutama dalam hal semangat mengenyam pendidikan.
Itulah alasan aku menerima Bahri, salah satu anggota grup disabilitas, Sebut saja grup Melati. Sayangnya keputusan itu justru membuatku disalahpahami teman-teman di grup Melati. Ada yang menuduhku mengejar-ngejar Bahri, memilihnya karena ganteng, dan bahkan memperebutkan cintanya dengan seseorang wanita yang juga anggota grup Melati.
Dari situ aku akhirnya curhat panjang, tentang aku yang sering sekali dapat tuduhan aneh-aneh. Salah satunya tuduhan ingin merebut lelaki idaman salah satu admin grup disabilitas yang satunya lagi, sebut saja grup Mawar. Sementara cewek itu, anggap saja namanya Cantik.
Padahal aku sudah menganggap Cantik itu sebagai adik, mengingat kakaknya adalah sahabatku. Seandainya pun aku suka Martono, aku rela mengalah. Tapi faktanya aku bahkan nggak pernah tertarik sama Martono.
Aku jadi teringat kalau sama Martono aku malah sering mengajak berdebat. Karena kita sering berbeda pendapat, dan caranya menyikapi perbedaan itu agak menyebalkan. Tentu saja itu menurut pandanganku, mungkin berbeda menurut orang lain.
Misalnya, salah satu anggota grup Mawar, si Prita pernah bilang, "Kak Wardha juga suka anime, sama kayak Kak Martono."
Aku menyahut, "Tapi aku sukanya cuma anime genre romance. Itupun yang direkomendasikan adikku."
Si Martono menyahut, "Ah, apa serunya kalau nonton anime romance doang?"
Entah aku sedang sensitif atau apa, aku pun menjawab ketus, "Bodo amat menurut kamu nggak seru. Aku kan nggak ngajak nonton kamu!"
Mungkin perdebatan itu diterjemahkan lain oleh Cantik, yang malah mengira aku sengaja cari ribut untuk mendapat perhatian Martono.
Padahal dulu aku juga pernah mengatakan hal yang sama pada sepupuku. Ketika dia bilang, "Emang apa enaknya lagunya Yovie and Nuno? Perasaan isinya galau mulu."
"Bodo amat sih. Orang aku nggak ngajak kamu buat dengerin!"
Ya, masa aku cari perhatian sepupuku? Aku saja udah kenal dia dari kecil dan udah tahu semua aibnya.
Tapi mungkin namanya cemburu buta, logika apapun tetap sulit diterima. Atau mungkin, memang aku juga yang bersalah karena tidak berhati-hati dalam bersikap.
Sampai akhirnya aku mendengar pengakuan yang membuatku terkejut, Kak Binar justru pernah mengharapkan aku berjodoh dengan Martono. Spontan saja aku tertawa ketika membacanya.
Kalau boleh jujur aku memang mengagumi Martono, karena dia pintar, dan aku selalu merasa mungkin aku ditakdirkan untuk mudah terpesona sama cowok pintar. Tapi di sisi lain, aku sadar bahwa tidak semua cowok pintar ingin aku miliki.
Buktinya, waktu menonton kompetisi kecerdasan antar mahasiswa, Clash of Champions season 2 akhir-akhir ini, dari sekian banyak mahasiswa pintar dan tampan, yang kupilih sebagai jagoan hanya tiga. Bahkan yang selalu menjadi pusat perhatianku, dalam artian mengagumi sebagai sosok laki-laki idaman, malah hanya satu.
Tapi seingatku, aku sudah berusaha untuk tidak mengucapkannya. Aku takut lagi-lagi terkena karma, karena asal bicara seperti dulu.
Salah satu anggota grup Mawar, sebut saja Farel, sering menggoda dan memanas-manasi, "Cantik bilang Kakak juga suka sama Martono. Aku udah ngasih penjelasan kalau Kakak suka cowok lain, tapi dia nggak percaya. Katanya, kelihatannya nggak begitu."
Bodohnya waktu itu aku menanggapi dengan terlalu emosional, "Kelihatannya emang gimana? Atas dasar apa kelihatannya?"
"Mungkin karena seumuran."
Aku bilang, "Aku jarang suka cowok yang seumuran! Biasanya suka om-om."
"Hati-hati kena karma."
Aku nggak tahu apakah Farel bercanda apa serius, tapi jujur sampai detik ini kata-katanya masih menancap kuat di ingatanku.
Hingga bertahun kemudian aku malah terpesona pada karakter Sandy, Axel, dan Kadit.
Lagi-lagi Ingatanku memutar kata-kata Farel, "Yakin Kakak nggak naksir sama sekali? Kan dia ganteng."
Aku bilang, "Aku nggak gampang suka cowok yang ganteng! Biasanya karena karakternya, kalau kebetulan ganteng berarti itu bonus. Suka sama dia? Sorry, karakternya aja nyebelin di gitu."
"Jangan gitu ah! Hati-hati ntar malah kemakan omongan sendiri."
Hingga beberapa tahun kemudian, tiba-tiba berkeinginan melihat wajah dan senyumnya Shawn terus, padahal waktu itu belum tahu bagaimana karakternya. Meski setelah tahu karakternya Shawn juga tidak mengecewakan.
Tapi setelah obrolan malam itu, saat tidur siang aku malah memimpikan Roger. Dia adalah salah satu peserta dari kompetisi Clash of Champions season 2 yang diidolakan Ayunda, temanku di grup "Fans COC". Padahal sebelumnya aku sama sekali tidak pernah memperhatikannya, makanya ketika teman-teman membahas Roger di grup aku lebih banyak hanya menyimak.
Bahkan jika tak sengaja menemukan konten COC yang menampilkan Roger, aku langsung teringat Ayunda, dan langsung membagikan padanya. Tidak jarang aku bahkan tidak menonton sampai habis konten tersebut.
"Aduh, Kaaakkk, ini karma apa lagi? Please, maafin aku dong ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜"
No comments:
Post a Comment