Sunday 27 November 2022

Airmata Bulan (Review Novel)

 




Sesungguhnya, aku nggak jago memberikan review buku dengan baik, sesuai teorinya. Aku termasuk orang yang begitu syulit lupakan Agus. Eh, salah! 😅


Maksudnya sulit memberikan sebuah penilaian secara objektif, terlebih kalau sudah terlanjur terbawa perasaan dan hanyut dalam jalan cerita sebuah novel, sehingga aku kesulitan menemukan kekurangannya. Apalagi jika aku sangat mengidolakan penulisnya, yaitu Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie. Jadi, jangan menaruh harapan tinggi kalau ini sebuah resensi yang serius, bisa dikatakan ini hanyalah celoteh seorang gadis yang terlanjur bucin pada sebuah novel.


Airmata Bulan, karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, terbitan Dar! Mizan tahun 2016. Aku kenal Ziggy pertama kali karena diracunin teman dengan novel dia yang berjudul "Di Tanah Lada" yang katanya bagus, dan ternyata beneran bagus menurutku. 


Sejak awal menemukan novelnya di IPusnas (aplikasi pinjam buku secara resmi) aku langsung tertarik banget dan berekspektasi bahwa “isinya pasti keren banget”. Setelah membacanya, alhamdulillah ekspektasiku bener, aku sungguh-sungguh dibuat terpukau sama novelnya. 


Airmata Bulan ini berkisah tentang remaja yang selalu ingin tahu banyak hal dan masih duduk di bangku kelas 2 SMP, Archie namanya. Suatu saat Archie bertemu dengan Luna, seorang gadis yang selalu tampil misterius. Luna ini diceritakan berpenampilan menakutkan. Punya rambut panjang, matanya aneh, dan sifatnya juga nggak wajar. Salah satunya, dia pernah memberikan Archie sebuah batu yang diperkenalkan dengan nama batu darah. Walaupun para sahabat sudah melarang Archie untuk berinteraksi dengan si Luna ini, tapi Archie masih ngeyel pengen barengan terus sama Luna. 


Hingga di kemudian hari, Archie mengetahui bahwa Luna ini seorang vampire yang sudah hidup selama ribuan tahun. Namun, novel ini bukan sekadar mengisahkan tentang perjalanan Archie dan temen-temennya membasmi para vampire. Selepas kematian teman-temannya, Archie lantas pergi dengan Luna dan berjumpa sama makhluk-makhluk yang bukan manusia lainnya, salah satunya seekor Phoenix, Arfika. 


Dalam novel ini, Ziggy juga menyuguhkan beberapa ilustrasi indah yang menggambarkan tokoh Luna si Vampir dan Arfika si Phoenix. Jujur secara pribadi aku dibuat terpukau oleh gambar-gambar Ziggy yang menurutku mempunyai ciri khas berbeda dengan gaya ilustrasi yang bisa kita temukan di novel bergambar anak-anak.


Ziggy menulis Airmata Bulan ini dengan riset yang baik, imajinasi yang mengejutkan, dan pengembangan tokoh-tokoh yang luar biasa. Selain banyak kalimat-kalimat quoteable yang bisa aku peroleh dari novel ini, novel ini juga diperkuat dengan pengetahuan sejarah, mengenai makhluk-makhluk mitologi, pembahasan tentang bahasa burung, dan istilah-istilah asing.  Semakin percaya sama omongan orang-orang, bahwa semakin sering kita membaca, semakin banyak ilmu yang bisa kita peroleh, bahkan dari novel fantasy sekali pun. 


Menarik, bagus, dan suka banget. Diborong semua sama novel yang satu ini. Recommended, aku bahkan masih pengen baca-baca lagi...Novel ini juga sebenarnya aku udah lama baca, tapi baru berani review sekarang karena waktu awal-awal selesai baca aku tuh terlalu terpesona, jadi takutnya hasil tulisannya terlalu muji-muji. Tapi kayaknya sama aja ya? 🤔 🙈


Thursday 24 November 2022

Resensi Novel Represi

 



Di Istana Cerita kali ini, aku ingin meresensi satu novel dari novelis yang bernama mirip dengan diriku. Hehehe....

Dia adalah Fakhrisina Amalia, dengan novelnya yang berjudul “Represi”. Novel ini mengambil tema utama tentang mental illness atau yang juga dapat diterjemahkan menjadi ‘Depresi’.

Sebelum itu, berikut sedikit rincian tentang penulis dan penerbitnya...

Penulis: Fakhrisina Amalia

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

ISBN 9786020611945

Tahun Terbit 2018

Sinopsis :

Awalnya hidup Anna berjalan baik-baik saja.

Meski tidak terlalu dekat dengan ayahnya, Anna punya seorang ibu dan para sahabat yang setia. Sejak SMA, para sahabatnya yang mendampingi Anna, memahami gadis itu melebihi dirinya sendiri.

Namun, keadaan berubah ketika Anna mulai menjauh dari para sahabatnya. Bukan hanya itu, hubungan dia dengan ibunya pun memburuk. Anna semakin hari menjadi sosok yang semakin asing. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada Anna, hingga pada suatu hari, dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya yang ternyata penuh luka.

💕 💕 💕

Menurut informasi yang aku dapatkan dari Google, "Represi" ini adalah novel kelima dari novelis tersebut, setelah sebelumnya dia berhasil menerbitkan Confession, All You Need is Love, Happiness, dan Persona. Kabarnya novelis juga pernah kuliah di Magister Psikologi Profesi di Universitas Islam Indonesia.

Novel ini dibuat karena terinspirasi pengalaman sang novelis, itulah yang dijelaskan di halaman akhir. Ada momen di mana dia pernah merasakan ketakutan, karena menganggap dirinya sendiri tidak masih kurang baik untuk orang lain, terlebih bagi dirinya sendiri.

Peristiwa yang Anna alami merupakan salah satu dari beribu peristiwa yang juga dialami oleh orang-orang di luar sana yang ingin mengakhiri hidupnya. Ketika membaca novel ini, aku dapat memahami ketakutan yang Anna alami.

Anna sebenarnya hidup dalam keluarga yang berkecukupan, sebuah keluarga yang menjadi dambaan bagi mayoritas orang-orang di luar sana. Namun, dibalik itu semua, Anna seperti diwajibkan untuk menjadi anak yang kuat dan pemberani. Kedua orang tuanya senantiasa berkeinginan agar Anna baik-baik saja. Namun, "baik-baik saja" yang dimaksud di sini adalah "baik-baik saja" yang dipaksakan.

Sejak masih bocah Anna dididik untuk tidak menunjukkan ekspresi kesedihan. “Ayah nggak suka anak cengeng,” begitulah yang selalu diucapkan oleh ayah Anna. Namun, malah ajaran itu yang kemudian menjadi bom waktu di kemudian hari. Ajaran untuk berusaha menyembunyikan perasaan dan menutupi persoalan untuk senantiasa tampil menjadi Anna yang kuat dan "baik-baik saja".

Di sisi lain Anna memiliki sahabat-sahabat yang begitu tulus menyayanginya. Terlebih sahabatnya itu lebih memahami dirinya dari pada kedua orang tuanya. Sehingga dia bisa sedikit terhibur dengan adanya mereka di kehidupannya.

Sampai akhirnya dia bertemu cowok yang bernama Sky. Banyak yang berubah sejak kehadiran cowok itu dalam kehidupan Anna. Dia yang rutin senantiasa meluangkan waktu hadir pada pertemuan mingguan dengan para sahabatnya, mulai menarik diri dengan berbagai alasan dan lebih memilih menghabiskan lebih banyak waktu bersama Sky, yang telah menjadi kekasihnya.

Sayangnya, dapat dikategorikan jika hubungan mereka adalah hubungan yang tidak sehat, atau yang sekarang popular dengan istilah "Toxic Relationship". Bahkan Sky seolah-olah menjelma poros dari dunianya Anna.

Dia yang selama ini tidak memperoleh kasih sayang yang cukup dari sang Ayah, lantas bertemu Sky yang mempelakukannya bak seorang Ratu. Bahkan demi Sky, pada akhirnya dia sungguh-sungguh menjaga jarak dari keempat sahabatnya. Namun, Sky yang dipuja dan dicintai sepenuh hati oleh Anna, sesungguhnya tidak sebaik anggapan Anna selama ini. Sampai akhirnya mimpi-mimpi tentang kejadian di masa lalu Anna datang menyergap setiap malam. Mimpi-mimpi masa lalu yang kelam tersebut yang kemudian mendorong Anna memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.

Novel ini ditulis dengan sudut pandang orang ketiga, dengan alur maju dan alur mundur, dan kisahnya berpusat mengenai tokoh Anna. Menurutku novel ini mengangkat tema cerita yang dark, tetapi sang novelis berhasil merangkai novel ini menjadi bacaan yang ringan untuk dinikmati. Bahkan di akhir cerita aku menemukan plot twist yang menarik.

Menarik, bagus, dan suka banget. Diborong semua sama novel yang satu ini. Recommended, aku bahkan masih pengen baca-baca lagi... Tapi... Pas cek di IPusnas (aplikasi pinjam buku secara resmi), antreannya panjang bener 😅

Novel ini udah lama baca, tapi baru berani review sekarang karena waktu awal-awal selesai nonton aku tuh baper sangat. Jadi takut hasil reviewnya malah kebanyakan nangis dari pada nulis ... 🙈🙈🙈