Wednesday 23 September 2020

Review Film Imperfect

Opini Pribadi Tentang Film (Lebih Banyak Curhatan, Tapi...) 

Imperfect

Bermula dari rasa insecure yang dialami Meira Anastasia, istri Ernest Prakasa. Dia pun mencurahkannya ke dalam sebuah buku berjudul, "Imperfect", yang kemudian menjelma sebuah buku yang laris. Sehingga menginspirasi lahirnya film kelima Ernest Prakasa, yang kemudian tayang mulai 19 Desember 2019.

Peringatan: Banyak Spoiler! πŸ™…πŸ»

Cerita berawal dari masa kecil si Rara, yang diperankan oleh Jessica Mila, diceritakan terlahir gemuk dan sawo matang, mengikuti gen ayahnya. Berbeda dengan adiknya, Lulu, yang diperankan oleh Yasmin Napper, yang lahir mengikuti gen ibunya, Debby yang diperan oleh Karina Suwandi, dengan tubuh bak model. 

Sejak kecil, Rara harus menerima ucapan yang tak menyenangkan dari orang-orang yang berinteraksi dengannya, bahkan ibunya sendiri. Tapi ada ayahnya yang selalu mengerti dan menyayangi dengan tulus. 

Dan, setelah ayahnya pergi, di rumahnya seolah tak ada lagi yang bisa memahami dan menerima apa adanya. Tapi, hidup harus terus berjalan. Hingga akhirnya Rara tumbuh dewasa, sudah memiliki pekerjaan dan sang kekasih, Dika, yang diperankan oleh, Reza Rahadian, sesosok laki-laki baik yang mencintai apa adanya.

Suatu hari, karena ada sesuatu Rara punya kesempatan untuk naik jabatan di kantornya, sebuah perusahaan kosmetik. Namun, bos Rara, Kelvin, yang diperankan oleh Dion Wiyoko, justru menunjuk rekan kerjanya yang lain karena berpenampilan fisik lebih menarik. Sehingga Rara memutuskan untuk mengubah total penampilannya.

***

Film ini mengangkat tema yang berat, tapi disajikan dengan sangat ringan. Penuh dengan kelucuan, khas film-film Ernest. Cukup menghibur, sekaligus bikin nangis. 

Dan, setiap film Ernest, selalu menghadirkan pesan yang tersimpan, tapi tak terkesan menggurui. "Bahwa kita semua sudah sempurna, bagaimana pun kondisi tubuhnya." 

Yang paling aku suka. Di film ini, nggak ada manusia yang digambarkan sempurna. Nggak ada yang seratus persen baik, atau seratus persen jahat. Karena memang faktanya demikian, manusia itu nggak ada yang bisa dinilai baik atau jahat seratus persen.

Sebagai contoh, si Rara, dulu waktu dia mengalami Body Shaming dia baik dan peduli pada orang lain, tapi begitu berhasil  berubah, sifatnya pun tak seperti dulu lagi. Ibunya Rara yang tiap hari melarang Rara makan berlebihan dan mengingatkan soal berat tubuh anaknya yang berlebihan, ternyata mendapatkan pengalaman buruk di masa lalu gara-gara tak bisa menjaga kondisi tubuh. Dan, Lulu, adik Rara yang tampak sempurna secara fisik, ternyata juga merasakan penderitaan, walaupun dalam bentuk yang berbeda. 

Bagian yang bikin sedih, waktu ayahnya Rara meninggal. Aku langsung mewek dong.... Karena jujur saja, ada saat-saat di mana cuma ayah yang bisa mengerti. Cuma ayah yang mau mendengarkan pendapat, tanpa memandang rendah tingkat pendidikanku.

Yap, aku merasa senasib sama Rara, tapi dalam bentuk yang berbeda. Kalau Rara insecure karena fisik, aku karena tingkat pendidikan.

Ya, walaupun banyak yang bilang, "Nggak papa kok. Walaupun nggak berpendidikan, tapi kamu keliatan cerdas." Tapi hal itu terasa "omong kosong" atau cuma pengen nyenengin aku doang, kalau ujung-ujungnya pendapatku nggak didengarkan, aku dikasih saran-saran padahal nggak minta, atau dikasih tau hal yang sama berulang-ulang.

Bikin pengen nyemprot, "Emang aku sebodoh itu apa?" Tapi nggak sopan sih. Yaudah... Diam aja.

Jadi baper... 

Padahal jujur awalnya malas nonton, karena lagi-lagi ada Reza Rahadian. Kok dia lagi, dia lagi sih... Apa nggak ada aktor yang lain? Tapi setelah nonton filmnya, aku baru paham kenapa harus Reza. Soalnya kalau bukan dia mungkin aktingnya tidak akan meyakinkan. Soalnya dia harus keliatan sayang dan setia banget pada Rara, walaupun sering berinteraksi dengan model yang cantik. Termasuk adiknya Rara sendiri. 

Bagaimana dia bisa bersikap seolah nggak merasakan apa-apa saat membenahi rambut Lulu yang berantakan, mungkin kalau bukan yang sudah profesional, hasilnya nggak akan semeyakinkan itu. Ya, jadi nggak papa dia lagi, dia lagi. πŸ˜…

Aku juga sangat berterima kasih sama Dika, karena akhirnya meyakinkan aku bahwa kesetiaan itu tidak selamanya harus didasari pada kelebihan pasangan. Karena aku sering insecure dan curiga sama kekasihku, tapi bukan karena fisik. 

Melainkan karena merasa aku nggak sepintar dia. Aku sering bertanya-tanya, seandainya dia bertemu wanita yang lebih cerdas dari aku, masihkah dia setia padaku? Atau menemukan wanita yang lebih nyambung diajak ngobrol dan diskusi, apakah dia menyesal memilihku? Atau dia sebenarnya terpaksa sama aku?

Setelah melihat Dika, dan kesetiaannya menerima Rara apa adanya, aku bisa mengerti bahwa kesetiaan itu bukan hanya karena sempurna. Tapi karena saling memahami dan menerima. Dika yang bisa menerima Rara dengan bagaimana pun kondisi tubuhnya, dan Rara yang bersedia memahami dan menenangkan Dika di saat dia emosional.

Jadi mulai belajar untuk percaya dan mengabaikan pikiran buruk diri sendiri, apalagi pendapat negatif orang lain. 

"Maafin aku selama ini. Mulai sekarang aku akan berusaha untuk lebih percaya sama kamu..." 

***   

Aku nggak suka ngasih film dengan nilai berupa angka, tapi berdasarkan tiga hal. Bagus, suka, dan menarik. Tiga-tiganya ada di film ini. Recommended banget pokoknya!

Saturday 19 September 2020

Menjeda (Mencari Muara Cinta)

Opini Pribadi Tentang Novel

Begitu membaca sinopsis-nya yang puitis, aku langsung terpikat untuk meminjamnya dari aplikasi perpustakaan digital, Ijakarta.

Lagi-lagi aku tertipu sampulnya yang manis, karena kisahnya ternyata tidak sesederhana dugaanku. Penuh liku dan kerumitan, tapi mungkin memang seperti itu sebuah kisah. Supaya yang manis terasa sangat manis, harus dibumbui yang pahit-pahit dulu. 

Novel ini menceritakan tentang seorang fashion desainer di Italia, yang tinggal bersama dengan seorang laki-laki tanpa ikatan pernikahan. Ya, setting kan di Italia, jadi harap maklum kalau tidak sesuai dengan budaya ketimuran yang aku anut.

Tapi tenang... Ini bukan novel plus-plus ala platform digital yang banyak adegan "panas" demi menggaet pembaca. Novel ini aman. Mereka tidak melakukan apa-apa. Maksudnya ke arah yang negatif. Hati Keira masih terikat pada seorang pria di masa lalunya, dan Radja adalah sosok laki-laki yang selalu melakukan apapun untuk wanita yang dicintainya, termasuk menjaganya.

Radja yang semula seakan ikhlas hanya menjadi sahabat, tiba-tiba termotivasi untuk menikah dengan Keira, dan memiliki anak-anak yang lucu. Tapi keinginan tersebut tidak sejalan dengan harapan Keira. Dia masih meragu.

Akhirnya mereka memutuskan untuk menjeda. Saling menjauh demi memantapkan hati. Keira kembali ke Indonesia dan berusaha menemui orang-orang di masa lalunya untuk memperbaiki hubungan.

Keira pun menemui ayahnya, yang telah berbahagia dengan keluarga barunya. Walaupun sederhana. Dia menikah dengan seorang wanita yang tidak secantik ibunya, tapi Keira mengerti, wanita itu tidak sedominan ibunya. Dia pun ikhlas setelah melihat ayahnya lebih punya kuasa, ketimbang dahulu saat bersama ibunya.

Keira juga mencari Giras, sahabatnya di masa lalu, yang berhasil mewarnai hidupnya yang monoton karena aturan-aturan yang diterapkan keluarganya. Sosok yang dulu sangat dibenci oleh warga desa, karena kerap dikaitkan dengan tindakan pencurian. Bukan tanpa alasan Giras melakukannya, dia memiliki banyak adik yang membutuhkan makanan, sementara kondisi ekonomi keluarganya berada di titik yang rendah. 

Karena sebuah kejadian kedua orang tua Keira menitipkannya pada saudara di kota yang berbeda, demi memisahkan Keira dan Giras. Sekarang laki-laki itu telah berubah, menjadi pemandu olahraga yang memacu adrenalin. Yaitu paralayang dan arung jeram. 

Keira juga mengunjungi ibunya, yang sekarang tidak lagi searogan dahulu. Beliau tinggal di rumah yang sama dengan saat Keira kecil, dan hanya ditemani seorang asisten rumah tangga.

Kini orang tuanya tak lagi menentang hubungannya dengan Giras, tapi ada tiga sosok yang membuat Keira bimbang. Seorang wanita bernama Novali dan anak yang diadopsinya, Nala, yang seakan berharap Giras menjadi pelengkap keluarga kecil mereka. Dan, Radja, sosok yang selalu ada di saat Keira terpuruk.

Radja adalah sosok pahlawan bagi Keira. Sosok siswa idola sekolah yang justru mencurahkan waktu dan perhatiannya untuk mencerahkan dunia Keira, dan mengabaikan banyak gadis di sekolah yang memujanya. 

Berkat tindakan Radja yang mengirim karya Keira ke pengurus mading, Keira akhirnya dikenal dan dikagumi teman-teman di sekolah, membuatnya tampak sejajar dengan Radja. Radja adalah blasteran Indonesia - Eropa, sehingga setelah lulus sekolah dia terbang ke Italia, tinggal bersama sang ibu.

Perceraian kedua orang tuanya, yang berujung pada pernikahan baru ayahnya berakibat pada Keira. Dengan kekuasaan yang dimiliki keluarga ibunya, ayah Keira kehilangan pekerjaan dan tidak bisa lagi membiayai kuliah dan kehidupan sang putri.

Radja datang jauh-jauh dari Italia, dan mengajaknya tinggal bersama ibunya. Karena ibunya Radja menikah lagi, akhirnya tersisa Radja dan Keira yang tinggal bersama.

___

Walaupun dibuka dengan fakta yang tak sesuai budaya ketimuran, tapi novel ini memberikan banyak pelajaran. 

Bahwa dalam sebuah pernikahan, keseimbangan itu diperlukan. Jika salah satu pihak terlalu dominan dan merasa benar sendiri, maka yang kemudian terjadi adalah dua kemungkinan, bercerai, atau tetap bersama tapi tidak akan pernah bahagia. Ini yang terjadi pada rumah tangga ayah dan ibu Keira. 

Walau seburuk apapun kelakuan seseorang, bukan berarti dia tidak bisa berubah. Giras adalah sosok inspiratif, di mana dia akhirnya berusaha keras untuk berubah menjadi lebih baik. 

Dan, aku sangat salut dengan pemikiran yang berbeda dari penulis, "Tidak selamanya cemburu itu tanda cinta."

Radja sangat mencintai Keira, tapi tidak suka mengumbar kata-kata rayuan, dan tidak pernah menunjukkan kecemburuannya pada hubungan Keira dan Giras. Karena dia tidak pernah memandang dari sudut pandang kebahagiaan diri sendiri, dia lebih mementingkan kebahagiaan Keira. Jadi jika Keira bahagia bersama Giras, maka Radja akan mengikhlaskannya.

Jadi buat cewek-cewek yang sering mengeluh, "pacarku kok nggak pernah merayu," dan "dia kok nggak pernah kelihatan cemburu," Jangan sedih dulu. Mungkin dia setipe dengan Radja.

*** 

Aku suka endingnya, sudah seharusnya Keira bersama pria itu. Siapa dia? Baca aja sendiri 😝

____

Novel ini membuatku baper karena dua hal, "Nama belakang Radja," dan "Radja yang tidak pernah menampakkan kecemburuannya, tapi ternyata begitu dalam mencintai Keira."

_____

Quote favorit:

"Kita memang hanya memiliki satu hati, tapi kita bisa menyayangi beberapa orang dalam satu waktu. Tentu dengan tingkatan berbeda, dalam ruang-ruang redup hingga terang benderang. Hanya hati kita yang mengetahui siapa yang menempati ruang dan tingkatan yang mana. Dan, seharusnya itu tidak tertukar." 

"Meskipun pada praktiknya, kualitas strata pendidikan tidak menjamin kualitas berpikir, berbicara, dan bertindak seseorang."

____

Sinopsis:

“Ketika dirimu terpisah dari seseorang di masa lalu,
tidak serta merta jejaknya terhapus dalam ingatanmu.
Seberapa jauh pun engkau pergi, sebahagia apa pun tawamu mampu tergelak. Ia akan terus menguntit, hingga engkau harus kembali.”

Mengingat dirinya, aku seperti melukis sketsa dari garis terakhir. Menemukan kegembiraan, tawa, jahil dan tangis pada kurun waktu yang lampau. Setidaknya, aku dapat mengenang, bahwa aku pernah merasa bahagia di masa laluku. Bersamanya... sketsa cintaku terasa tak pernah usang.

Namun, ketika aku menemukanmu. Ataukah engkau yang menemukanku? Keseharianku seakan diselingi alunan lagu dengan lirik-lirik yang merdu. Kau mengenalkanku pada kehidupan yang memiliki begitu banyak warna. Kau juga yang menggenggam erat tanganku di saat aku harus membuat keputusan tersulit.
Kehadiranmu bagai pilar untukku dapat bersandar, dan membantuku agar selalu berdiri tegar.

Judul Buku : Menjeda (Mencari Muara Cinta)
Penulis : Adya Pramudita
Editor : Anin Patrajuangga
Penerbit : PT. Grasindo
Terbit : 2014
Tebal Buku : 266 + vi halaman
ISBN : 9786022513

Tuesday 15 September 2020

Hati Selembut Salju

Opini Pribadi Tentang Lagu

Segara - Hati Selembut Salju

Jujur, pertama kali tertarik sama penyanyi yang satu ini karena namanya yang mengingatkan pada seseorang. Nggak persis. Tapi maknanya kan sama πŸ˜…

Ternyata lagunya puitis dan musiknya cocok di telingaku. Jadi sempat mengoleksi dua lagunya di playlist pemutar musik. Dan seperti biasa, kalau aku suka pasti diputer berkali-kali. 

Ternyata secara nggak sengaja waktu Bapak (semasa beliau masih bersama kita) dan Mama menyaksikan Satu Jam Lebih Dekat Dengan Ebiet G Ade, ternyata dia ini  anaknya Beliau. Om Ebiet adalah musisi di era Bapak dan Mama masih muda, yang terkenal dengan lagunya yang puitis dan penuh makna. Saking sukanya, setiap perjalanan panjang Bapak selalu memutar lagu Om Ebiet dalam mobilnya. Aku pun jadi terpengaruh suka lagunya. 

Sekarang Segara membawakan video terbaru, yang ternyata merupakan remake dari lagu lawas. Liriknya puitis sekali, berpadu alunan musiknya yang lembut. Sehingga seringkali aku jadikan musik pengantar tidur...

Selamat istirahat. Semoga esok lebih baik πŸ˜ŠπŸ™πŸ»

Curhat Tentang Film: My Bossy Girlfriend

Opini Pribadi Tentang Film... 

Karena aku jarang tertarik Drama Romance dari Korea Selatan, jadi aku cukup apresiasi film ini: MY BOSSY Girlfriend. Setidaknya nggak bikin ngantuk, atau pengen skip, atau berhenti di tengah jalan, dan tonton lagi kapan-kapan 🀣

Dari segi romance, film ini menceritakan tentang dua orang yang saling mencintai dengan "kekurangan" dan kelebihan masing-masing. 

Si perempuan mengalami disabilitas karena kecelakaan, sementara si laki-laki mengalami trauma psikologis karena masa kecilnya pernah dibully. Sehingga mereka pun bisa saling melengkapi. 

Poin yang Pengen Aku Komentarin: 

1. Ini lebih realistis dari pada kebanyakan kisah cinta disabilitas yang pernah aku tonton, terutama yang dari Indonesia, semacam FTV atau sinetron. Biasanya si kekasih non difabel digambarkan sebagai sosok yang terlalu sempurna. 

Agak bikin baper, karena aku termasuk orang yang selalu berpikir, "Manusia itu nggak ada yang sempurna," 

Jadi kalau disarankan dengan laki-laki non difabel, aku selalu bertanya, kira-kira dibalik fisiknya yang "baik-baik saja" dia punya "kekurangan" apa ya? Mungkin bisa jadi emosional, posesif, nggak bisa pengertian, dan lain sebagainya. Walaupun mungkin bagi sebagian orang yang lainnya itu bisa jadi bukan kekurangan. Tapi setiap orang kan beda-beda penerimaannya. 

2. Dari segi visual, bagus sih. Tapi aku rasa semua film Korea Selatan yang pernah aku tonton, visualnya memang bagus. Ya, mungkin karena peralatan yang canggih, kondisi lingkungan yang memang rapi, modern, dan sebagainya. 

3. Kegigihan meraih cita-cita, walaupun ditentang ayahnya. Bikin aku jadi bertanya-tanya, seandainya aku "ngeyel" seperti si tokoh utama? Apakah aku bisa sesukses dia? Secara kalau berbeda pendapat sama almarhum Bapak dulu, aku selalu pakai cara merayu dengan halus, dan kalau nggak disetujui, yaudah... Cari jalan lain, atau lupakan. 

4. Jadi pengen punya kursi roda kayak gitu, pengen bisa pergi ke mana-mana. Ya, walaupun sebenarnya aku nyaman-nyaman dan bahagia aja tinggal di rumah mulu. 

5. Yang menurut aku agak janggal. Kok keluarga si cowok bisa langsung terima? Ya, mungkin karena budaya Indonesia dan Korea berbeda. Aku secara pribadi belum punya pengalaman soal itu sih, ketemu langsung keluarga pasangan. Aku kan baru satu kali serius komitmen, dan belum ke arah sana, karena masih banyak hal lain yang masih perlu diperjuangkan. Tapi berdasarkan cerita teman-teman disabilitas, bahkan bagi keluarga yang punya anak laki-laki disabilitas juga, sulit menerima punya menantu atau sekadar merestui anak laki-lakinya berpacaran dengan penyandang disabilitas. 

6. Saat adegan si perempuan digendong karena harus mencapai restoran di atas bukit, aku jadi mikir, "Kayaknya drama romance Korea Selatan selalu ada adegan gendongan ya?" 

Dan, aku mulai mengerti kenapa dulu banyak disarankan untuk memilih pasangan non difabel, biar bisa digendong atau dibantu ke mana pun perginya. 

"Nggak papa kok, kamu nggak bisa gendong. Senyumanmu aja udah berhasil bikin aku melayang..." 

Eaaa...! πŸŽ‰ πŸŽ‰ πŸŽ‰ 

***  

πŸ‡°πŸ‡· MY BOSSY Girlfriend (2019) πŸ‡°πŸ‡·
Menceritakan seorang pria Hwi-So (Ji Il-Joo) yang merupakan seorang mahasiswa jurusan teknik. Dia ini sebenarnya baik hati, tapi kayak agak cupu dan cuma bisa akrab dengan 2 sahabatnya aja. Hwi-So punya keahlian membuat robot, tapi dia belum pernah punya pacar sama sekali.

Suatu hari, Hye-Jin (Lee Elijah) tiba-tiba muncul di depannya karena kursi rodanya sulit dikendalikan. Dia adalah wanita difabel yang merupakan atlit panahan.  Orangnya itu kalau bicara sukanya ceplas-ceplos​​kepada semua orang. Kedua orang ini akhirnya terlibat hubungan romantis. 

πŸ‡°πŸ‡·DETAILSπŸ‡°πŸ‡·
Movie: My Bossy Girl
Sutradara: Lee Jang-Hee
Penulis Naskah: Lee Jang-Hee
Produser: Kim Do-Yeon
Rilis: 4 Desember 2019
Durasi: 100 min.
Genre: Romantic-Comedy / Drama
Language: Korean
Country: South Korea

πŸ‡°πŸ‡·PEMERANπŸ‡°πŸ‡·
Lee Elijah – Hye-Jin
Ji Il-Joo – Hwi-So
Heo Jeong-Min – Yong-Tae
Kim Ki-Doo – Chang-Kil
Lee Jini – Ha-Na
Ryoo Hye-Rin – Eun-Jung
Ko Gun-Han – Young-Chul

#Kmovie

Review Novel: Savanna dan Samudra

Opini Pribadi Tentang Novel

Savanna dan Samudra by Ken Terate

"Jangan menilai sebuah buku, hanya dari sampulnya."

Aku rasa quote yang sering berseliweran itu, cocok banget buat buku ini. Karena jujur saja aku merasa tertipu dengan sampulnya yang manis. Aku mengira ini cerita romance comedy ringan. Ternyata dark, walaupun banyak komedinya.

Bintang Savanna, mahasiswi yang tiba-tiba harus berhenti kuliah dan bekerja beberapa bulan setelah kematian ayahnya. Mendapatkan pekerjaan sebagai pelayan di sebuah kedai susu dan memiliki rekan kerja yang kata temannya mirip Reza Rahadian. => di sini aku mulai kehilangan fokus. Jangan-jangan kalau dibuat film, pemainnya bakalan "Reza lagi, Reza lagi deh. Hadeh..." πŸ˜‘

Alun Samudra, pelayan yang dibilang mirip Reza itu, lulusan SMK, yang norak, dan gaptek, sampai-sampai update Facebook saja nggak bisa. Tapi dia cowok yang lucu, dan selalu berhasil menceriakan suasana. Dia juga baik, tulus, dan apa adanya. 

Sava pikir hidupnya selama ini sempurna, dan kepergian ayahnya adalah awal petaka. Ternyata salah, dari awal dia tertipu, atau mungkin menutup mata. Keluarganya tak sempurna. Bahkan ternyata, yang selama tak mungkin dia ketahui, sejak awal pernikahan orang tuanya sudah merupakan awal petaka bagi ibunya. 

Berbeda dengan Alun, yang sejak awal sudah mengalami banyak ketidaksempurnaan dalam hidup, tapi dia menjalani semua dengan santainya. Mengikuti arus kehidupan yang membawanya ke mana pun. 

Ini sebenarnya berat banget, persoalan yang dihadapi Sava dan apa-apa yang pernah dialami Alun bukan perkara yang sederhana. Di novel-novel yang lain, mungkin bisa saja diolah menjadi drama sedih. Dengan pemilihan kata yang mendayu, alur yang diperlambat, atau cuaca dan suasana yang dibuat sehiperbola mungkin. Tapi entah kenapa novel ini sama sekali nggak bikin nangis. Malah lebih banyak ngakak. 

Mungkin karena tokohnya yang digambarkan apa adanya, bisa salah, dan punya kekurangan. Berbeda dengan kebanyakan tokoh utama yang digambarkan amat sangat baik, sehingga memicu simpati pembaca. 

Seperti Sava yang terkadang omongannya agak kasar, dan di beberapa cerita bisa terlihat kurang sopan, walaupun memang dalam kondisi terdesak. Juga soal Alun yang kayak bukan cowok baik-baik, karena sering ngomentarin sembarangan para tamu kedai bersama Koh Abeng. 

Pokoknya novel ini kompleks, bukan sekadar romantis biasa. Bisa dibilang dark, karena seluruh tokohnya punya sisi buruk. Bahkan yang paling nggak masuk akal sekalipun. 

Jadi buat suka kisah inspiratif, kisah religius, novel ini mungkin nggak rekomended. Buat yang anti kata-kata kasar dan umpatan, walaupun nggak banyak, tapi mungkin bisa bikin nggak nyaman. Tapi nggak seburuk novel "panas" kok. Masih dalam kategori aman untuk dibaca. 

Dari segi penuturan, menurut aku menarik sih. Bisa bikin betah baca sampai endingnya. Ambil jeda cuma karena beberapa kewajiban, bukan udah bosen. Sudah lama aku nggak kayak gini. Setiap naca novel maksimal cuma tiga sampai lima halaman, terus istirahat, dan lanjut besok lagi.

Terakhir, aku mau selipkan kutipan dari buku, yang entah bagaimana bikin aku langsung ngakak waktu dishare oleh Ainaya Kurniatulloh, "Banyak cowok yang dia anggap ganteng. Tapi bukan berarti apa pun. Sama seperti saat dia melihat mobil bagus. Oke, mobil itu bagus. Sudah. Oke, cowok itu ganteng. Sudah."

Jadi, ya, buku ini cukup Bagus dan Menarik. Tapi belum berhasil membuatku SUKA. Tapi lumayan buat hiburan. πŸ˜