Opini Pribadi Tentang Film (Lebih Banyak Curhatan, Tapi...)
Imperfect
Bermula dari rasa insecure yang dialami Meira Anastasia, istri Ernest Prakasa. Dia pun mencurahkannya ke dalam sebuah buku berjudul, "Imperfect", yang kemudian menjelma sebuah buku yang laris. Sehingga menginspirasi lahirnya film kelima Ernest Prakasa, yang kemudian tayang mulai 19 Desember 2019.
Peringatan: Banyak Spoiler! π
π»
Cerita berawal dari masa kecil si Rara, yang diperankan oleh Jessica Mila, diceritakan terlahir gemuk dan sawo matang, mengikuti gen ayahnya. Berbeda dengan adiknya, Lulu, yang diperankan oleh Yasmin Napper, yang lahir mengikuti gen ibunya, Debby yang diperan oleh Karina Suwandi, dengan tubuh bak model.
Sejak kecil, Rara harus menerima ucapan yang tak menyenangkan dari orang-orang yang berinteraksi dengannya, bahkan ibunya sendiri. Tapi ada ayahnya yang selalu mengerti dan menyayangi dengan tulus.
Dan, setelah ayahnya pergi, di rumahnya seolah tak ada lagi yang bisa memahami dan menerima apa adanya. Tapi, hidup harus terus berjalan. Hingga akhirnya Rara tumbuh dewasa, sudah memiliki pekerjaan dan sang kekasih, Dika, yang diperankan oleh, Reza Rahadian, sesosok laki-laki baik yang mencintai apa adanya.
Suatu hari, karena ada sesuatu Rara punya kesempatan untuk naik jabatan di kantornya, sebuah perusahaan kosmetik. Namun, bos Rara, Kelvin, yang diperankan oleh Dion Wiyoko, justru menunjuk rekan kerjanya yang lain karena berpenampilan fisik lebih menarik. Sehingga Rara memutuskan untuk mengubah total penampilannya.
***
Film ini mengangkat tema yang berat, tapi disajikan dengan sangat ringan. Penuh dengan kelucuan, khas film-film Ernest. Cukup menghibur, sekaligus bikin nangis.
Dan, setiap film Ernest, selalu menghadirkan pesan yang tersimpan, tapi tak terkesan menggurui. "Bahwa kita semua sudah sempurna, bagaimana pun kondisi tubuhnya."
Yang paling aku suka. Di film ini, nggak ada manusia yang digambarkan sempurna. Nggak ada yang seratus persen baik, atau seratus persen jahat. Karena memang faktanya demikian, manusia itu nggak ada yang bisa dinilai baik atau jahat seratus persen.
Sebagai contoh, si Rara, dulu waktu dia mengalami Body Shaming dia baik dan peduli pada orang lain, tapi begitu berhasil berubah, sifatnya pun tak seperti dulu lagi. Ibunya Rara yang tiap hari melarang Rara makan berlebihan dan mengingatkan soal berat tubuh anaknya yang berlebihan, ternyata mendapatkan pengalaman buruk di masa lalu gara-gara tak bisa menjaga kondisi tubuh. Dan, Lulu, adik Rara yang tampak sempurna secara fisik, ternyata juga merasakan penderitaan, walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Bagian yang bikin sedih, waktu ayahnya Rara meninggal. Aku langsung mewek dong.... Karena jujur saja, ada saat-saat di mana cuma ayah yang bisa mengerti. Cuma ayah yang mau mendengarkan pendapat, tanpa memandang rendah tingkat pendidikanku.
Yap, aku merasa senasib sama Rara, tapi dalam bentuk yang berbeda. Kalau Rara insecure karena fisik, aku karena tingkat pendidikan.
Ya, walaupun banyak yang bilang, "Nggak papa kok. Walaupun nggak berpendidikan, tapi kamu keliatan cerdas." Tapi hal itu terasa "omong kosong" atau cuma pengen nyenengin aku doang, kalau ujung-ujungnya pendapatku nggak didengarkan, aku dikasih saran-saran padahal nggak minta, atau dikasih tau hal yang sama berulang-ulang.
Bikin pengen nyemprot, "Emang aku sebodoh itu apa?" Tapi nggak sopan sih. Yaudah... Diam aja.
Jadi baper...
Padahal jujur awalnya malas nonton, karena lagi-lagi ada Reza Rahadian. Kok dia lagi, dia lagi sih... Apa nggak ada aktor yang lain? Tapi setelah nonton filmnya, aku baru paham kenapa harus Reza. Soalnya kalau bukan dia mungkin aktingnya tidak akan meyakinkan. Soalnya dia harus keliatan sayang dan setia banget pada Rara, walaupun sering berinteraksi dengan model yang cantik. Termasuk adiknya Rara sendiri.
Bagaimana dia bisa bersikap seolah nggak merasakan apa-apa saat membenahi rambut Lulu yang berantakan, mungkin kalau bukan yang sudah profesional, hasilnya nggak akan semeyakinkan itu. Ya, jadi nggak papa dia lagi, dia lagi. π
Aku juga sangat berterima kasih sama Dika, karena akhirnya meyakinkan aku bahwa kesetiaan itu tidak selamanya harus didasari pada kelebihan pasangan. Karena aku sering insecure dan curiga sama kekasihku, tapi bukan karena fisik.
Melainkan karena merasa aku nggak sepintar dia. Aku sering bertanya-tanya, seandainya dia bertemu wanita yang lebih cerdas dari aku, masihkah dia setia padaku? Atau menemukan wanita yang lebih nyambung diajak ngobrol dan diskusi, apakah dia menyesal memilihku? Atau dia sebenarnya terpaksa sama aku?
Setelah melihat Dika, dan kesetiaannya menerima Rara apa adanya, aku bisa mengerti bahwa kesetiaan itu bukan hanya karena sempurna. Tapi karena saling memahami dan menerima. Dika yang bisa menerima Rara dengan bagaimana pun kondisi tubuhnya, dan Rara yang bersedia memahami dan menenangkan Dika di saat dia emosional.
Jadi mulai belajar untuk percaya dan mengabaikan pikiran buruk diri sendiri, apalagi pendapat negatif orang lain.
"Maafin aku selama ini. Mulai sekarang aku akan berusaha untuk lebih percaya sama kamu..."
***
Aku nggak suka ngasih film dengan nilai berupa angka, tapi berdasarkan tiga hal. Bagus, suka, dan menarik. Tiga-tiganya ada di film ini. Recommended banget pokoknya!