“Tadi aku yang nambahin uangnya lho ... jadi aku
boleh kasih topping susunya banyak-banyak.” Bocah itu mengungkit uangnya yang
tersita, saat kami menikmati sepotong roti tawar dengan topping susu kental
manis coklat, sambil menyaksikan drama India di layar kaca. Padahal juga tak
seberapa jumlahnya, palingan cuma beberapa ratusan rupiah.
“Halah, uangmu juga palingan sisa uang saku
pemberian Ayah,” saya menyahut. Karena kesal saya sedikit menggodanya. “Nggak
mungkin juga dari Syla.”
Sayang, dia menanggapi terlalu serius. Dia balik
menggoda. “Yee, Syla lagi, memangnya Mbak Lia ...” Saya mulai was-was dia akan
mengungkapkan hasil temuannya. Ponsel saya memang tak terkunci. Dia pun bebas
meminjam kapan saja, asal sedang tidak saya pakai. Bisa dibilang pula sangat jarang digunakan
untuk berkomunikasi dengan lawan jenis. Terlalu mudah baginya menemukan fakta
tersebut.
“Ngarang!” Saya
mengelak.
Ayah membela, “Iya, tidak boleh itu mengarang
seenaknya.”
Tapi sahutan
Bunda dari kamar membuat diri ini tersentak. “Jauh tho? Calonnya Mbak Lia orang
jauh ...”
Saya hanya mampu tertawa menutupi kegugupan, “Haha
... Bunda jangan percaya Isal.”
Saya menoleh
ke Ayah, beliau tidak bereaksi seperti yang saya takutkan. Tetap terlihat
santai. Sepertinya baik Bunda, maupun Ayah sudah mengetahui semuanya, namun tidak
marah, tak juga melarang.
Saya mulai menduga Bunda pasti tahu sosok yang adik maksud. Selama ini saya memang selalu menceritakan siapa saja teman dekat saya di rumah biru. Karena memang saya tak pernah berniat macam-macam. Jadi, apa yang perlu disembunyikan?
***
“Wah, undangan dari Bu Ama bagus ya! Pakai aplikasi
MomentCam ini kayaknya.” Saya begitu antusias melihat-lihat undangan pernikahan
yang Bunda dapat dari rekan kerjanya sesama guru. Siang itu Bunda baru pulang
dari mengajar.
“Tadi Bunda ditanyain Bu Mur, ‘Bu Sri katanya bentar
lagi bakal mantu juga ya?’ Bunda cuma jawab, ‘Doanya saja, Bu.’
Masih ditanya lagi, ‘Memang sudah punya calon mantu,
Bu?’ Bunda cuma senyum.
Eeeh ... lha masih saja ditanyai lagi, ‘Calonnya
orang mana, Bu?’ Bunda jawab saja, ‘Jauh katanya, Bu. Masih saya pikir-pikir
dulu,’ Lalu Bunda ambil tas dan berlalu pergi.”
“Bundaaa ...” Saya cemberut, “Lia kan belum punya
calon Bunda.”
“Suka-suka Bunda dong ... Bunda yang ditanyain,” jawab Bunda sambil
berlalu pergi. Saya pun hanya dapat geleng-geleng kepala sembari menata kembali
beberapa undangan yang berserakan di kasur saya.
Sejenak saya tersenyum, lalu membatin, “Aamiin ...”
Banyak yang bilang ucapan adalah do’a, saya harap ucapan Bunda jadi do’a baik
untuk saya.
***
Sudah sering saya mendengar petuah orang bijak,
cerita dari mulut ke mulut, menyaksikan film atau drama seri, maupun membaca
beragam buku yang menyimpulkan bahwa
firasat seorang bunda tak pernah salah. Terutama dalam hal segala sesuatu yang
terbaik untuk si buah hati.
Sebab itulah pendapat dan respon Bunda selalu jadi
bahan pertimbangan saya. Bunda begitu terbuka pada saya, curhat apa saja.
Tetapi saya sebaliknya. Sehingga seringkali saya hanya bertanya
sepotong-sepotong, dan diiringi canda malu-malu.
“Bunda masih ingat Mbak nunu? Itu lho yang pernah ke
sini dengan ketua komunitas difabel, Om Dandy dan juga Mas Hedy. Dia sekarang
sudah punya anak lho. Suaminya berasal dari kota yang terkenal dengan oleh-oleh
roti unyil. Terus yang baru-baru ini habis nikah Mbak Lani di kabupaten
tetangga sebelah itu nikahnya sama orang dari kota sentra industri. Kalau
misalnya ... misalnya doang sih, hehe ... aku menikah dengan orang dari
provinsi yang sama juga boleh tidak?”tanya
saya suatu ketika, kala kami sedang berbincang santai di kamar saya.
“Terserah kamu saja,” jawab Bunda kala itu.
Kadang, saya memang berpikir terlalu kejauhan.
Menurut saya lebih baik jika dari sekarang saya tahu tanda-tanda seorang pria
akan diterima atau ditolak Bunda untuk jadi menantunya, dari pada kelak sudah
terlanjur jauh melangkah restu tak juga didapat. Maka dari itu, saya selalu
mengenalkan dengan terbuka profil pria mana pun yang dekat dengan saya, bahkan
walau sebatas teman biasa.
Kabar baiknya, ada seseorang yang sepertinya dapat
lima puluh persen tanda-tanda penerimaan bunda. Semoga ini pertanda baik. Aamiin
...
Pas, 27/09/2016
*Sebagian nama tokoh disamarkan karena belum meminta
ijin dari yang bersangkutan untuk menyantumkan namanya.
No comments:
Post a Comment