Monday 26 September 2016

Calon Menantu Idaman Bunda



“Tadi aku yang nambahin uangnya lho ... jadi aku boleh kasih topping susunya banyak-banyak.” Bocah itu mengungkit uangnya yang tersita, saat kami menikmati sepotong roti tawar dengan topping susu kental manis coklat, sambil menyaksikan drama India di layar kaca. Padahal juga tak seberapa jumlahnya, palingan cuma beberapa ratusan rupiah.

“Halah, uangmu juga palingan sisa uang saku pemberian Ayah,” saya menyahut. Karena kesal saya sedikit menggodanya. “Nggak mungkin juga dari Syla.”

Sayang, dia menanggapi terlalu serius. Dia balik menggoda. “Yee, Syla lagi, memangnya Mbak Lia ...” Saya mulai was-was dia akan mengungkapkan hasil temuannya. Ponsel saya memang tak terkunci. Dia pun bebas meminjam kapan saja, asal sedang tidak saya pakai. Bisa dibilang pula sangat jarang digunakan untuk berkomunikasi dengan lawan jenis. Terlalu mudah baginya menemukan fakta tersebut.

 “Ngarang!” Saya mengelak.

Ayah membela, “Iya, tidak boleh itu mengarang seenaknya.”

 Tapi sahutan Bunda dari kamar membuat diri ini tersentak. “Jauh tho? Calonnya Mbak Lia orang jauh ...”

Saya hanya mampu tertawa menutupi kegugupan, “Haha ... Bunda jangan percaya Isal.”

 Saya menoleh ke Ayah, beliau tidak bereaksi seperti yang saya takutkan. Tetap terlihat santai. Sepertinya baik Bunda, maupun Ayah sudah mengetahui semuanya, namun tidak marah, tak juga melarang.

Saya mulai menduga Bunda pasti tahu sosok yang adik maksud. Selama ini saya memang selalu menceritakan siapa saja teman dekat saya di rumah biru. Karena memang saya tak pernah berniat macam-macam. Jadi, apa yang perlu disembunyikan?

***

“Wah, undangan dari Bu Ama bagus ya! Pakai aplikasi MomentCam ini kayaknya.” Saya begitu antusias melihat-lihat undangan pernikahan yang Bunda dapat dari rekan kerjanya sesama guru. Siang itu Bunda baru pulang dari mengajar.

“Tadi Bunda ditanyain Bu Mur, ‘Bu Sri katanya bentar lagi bakal mantu juga ya?’ Bunda cuma jawab, ‘Doanya saja, Bu.’

Masih ditanya lagi, ‘Memang sudah punya calon mantu, Bu?’ Bunda cuma senyum.

Eeeh ... lha masih saja ditanyai lagi, ‘Calonnya orang mana, Bu?’ Bunda jawab saja, ‘Jauh katanya, Bu. Masih saya pikir-pikir dulu,’ Lalu Bunda ambil tas dan berlalu pergi.”

“Bundaaa ...” Saya cemberut, “Lia kan belum punya calon Bunda.”

“Suka-suka Bunda dong ...  Bunda yang ditanyain,” jawab Bunda sambil berlalu pergi. Saya pun hanya dapat geleng-geleng kepala sembari menata kembali beberapa undangan yang berserakan di kasur saya.

Sejenak saya tersenyum, lalu membatin, “Aamiin ...” Banyak yang bilang ucapan adalah do’a, saya harap ucapan Bunda jadi do’a baik untuk saya.

***

Sudah sering saya mendengar petuah orang bijak, cerita dari mulut ke mulut, menyaksikan film atau drama seri, maupun membaca beragam buku yang menyimpulkan  bahwa firasat seorang bunda tak pernah salah. Terutama dalam hal segala sesuatu yang terbaik untuk si buah hati.

Sebab itulah pendapat dan respon Bunda selalu jadi bahan pertimbangan saya. Bunda begitu terbuka pada saya, curhat apa saja. Tetapi saya sebaliknya. Sehingga seringkali saya hanya bertanya sepotong-sepotong, dan diiringi canda malu-malu.

“Bunda masih ingat Mbak nunu? Itu lho yang pernah ke sini dengan ketua komunitas difabel, Om Dandy dan juga Mas Hedy. Dia sekarang sudah punya anak lho. Suaminya berasal dari kota yang terkenal dengan oleh-oleh roti unyil. Terus yang baru-baru ini habis nikah Mbak Lani di kabupaten tetangga sebelah itu nikahnya sama orang dari kota sentra industri. Kalau misalnya ... misalnya doang sih, hehe ... aku menikah dengan orang dari provinsi yang sama  juga boleh tidak?”tanya saya suatu ketika, kala kami sedang berbincang santai di kamar saya.

“Terserah kamu saja,” jawab Bunda kala itu.

Kadang, saya memang berpikir terlalu kejauhan. Menurut saya lebih baik jika dari sekarang saya tahu tanda-tanda seorang pria akan diterima atau ditolak Bunda untuk jadi menantunya, dari pada kelak sudah terlanjur jauh melangkah restu tak juga didapat. Maka dari itu, saya selalu mengenalkan dengan terbuka profil pria mana pun yang dekat dengan saya, bahkan walau sebatas teman biasa.

Kabar baiknya, ada seseorang yang sepertinya dapat lima puluh persen tanda-tanda penerimaan bunda. Semoga ini pertanda baik. Aamiin ...

Pas, 27/09/2016

*Sebagian nama tokoh disamarkan karena belum meminta ijin dari yang bersangkutan untuk menyantumkan namanya.

No comments:

Post a Comment