Bila cintamu tak berbalas, bukan berarti kau tak baik, bukan
berarti tak layak dicintai. Sebab cinta tak selamanya bicara tentang baik dan
buruk. Cinta pun tak selalu memandang kesempurnaan.
Meminjam istilah Pak Mario Teguh, cinta adalah tentang
keserasian jiwa.
Tetapi yang saya
percayai bahwa keserasian jiwa merupakan bagian dari takdir Sang Pencipta. Jadi
sekeras apapun kau berupaya, jika memang kalian tak ditakdirkan berjodoh, ya,
tetap tidak akan dapat bersama.
Meski begitu, jangan pernah sesali semua upaya yang pernah
kau lakukan. Jika kita tak mencoba kita tak akan pernah tahu bagaimana
hasilnya.
Upayamu, sekecil apapun itu, merupakan modal untuk masa
depan yang lebih baik. Untuk menjadi pribadi yang berkualitas.
Sebagai contoh, semisal saat ini engkau sebagai wanita yang sedang
jatuh cinta pada pria yang tak pernah mengacuhkanmu, menganggap kau seakan tak
pernah ada. Kau pasti sakit hati dan kecewa. Tetapi mulai sekarang berupayalah
sabar dan berlapang dada menerimanya.
Suatu ketika, saat engkau sudah menemukan pasangan jiwamu,
kau akan lebih bisa menghargai sekecil apapun perhatiannya. Tidak mudah
mengambek karena persoalan remeh. Misalnya mungkin dia terlalu sibuk dengan
pekerjaannya hingga tak sempat menghubungi dan memperhatikanmu. Sebab bisa jadi
dia sibuk bekerja demi masa depan kalian juga.
Atau mungkin seandainya kini kau sebagai pria sedang jatuh
cinta pada seorang wanita yang jutek dan ketus, seolah-olah kau adalah musuh
bebuyutannya. Namun kamu yang enggan menyerah begitu saja, tetap berusaha sabar
dan mengerahkan segala usaha agar dapat meluluhkan hatinya.
Kelak, saat tiba-tiba kekasih hatimu meledak-ledak dengan
amarah yang membara, bukan tak mungkin kau akan lebih paham bagaimana cara meredam emosimu, dan bahkan mungkin kamu
pun bisa menenangkannya. Sebab sesabar apapun seorang wanita, ada saat-saat
tertentu di mana susah bagi kami mengontrol emosi. Misalnya saja saat datang
bulan.
Jadi jangan pernah sesali upaya baikmu, walau itu tak mampu
membuatnya menjadi milikmu. Upaya baikmu pasti akan berguna bagi pasangan
jiwamu kelak, dan masa depanmu yang lebih baik. Tak ada yang sia-sia.
Menangislah sepuasnya jika itu mampu melegakan hatimu. Namun
percayalah kelak akan ada saatnya kamu menangis bukan karena sedih, melainkan
karena terharu saking bahagianya.
Sesakit apapun yang kau rasakan kini, percayalah seiring
berjalannya waktu akan ada banyak hal yang mampu sembuhkan luka hatimu itu.
Teruntuk sahabat yang sedang patah hati, percayalah jika Tuhan
pasti sudah menyiapkan pasangan jiwamu. Sabar ... mungkin bagi-Nya ini belum
saatnya publikasi.
Saya percaya pelangi itu indah, walau belum pernah
melihatnya secara langsung. Seperti itu pula saya percaya cinta sejati itu ada,
walau belum mendapatkannya.
***
Saya membuat tulisan ini bukan bermaksud menggurui, hanya
ingin menyemangati sahabat-sahabat senasib yang sedang patah hati. Karena saya
pernah berada di posisi kalian. Iya, cinta saya tak berbalas, atau istilah
populernya bertepuk sebelah tangan. Bahkan berkali-kali. Sakit, tentu saja
sangat sakit. Tetapi syukurlah Tuhan menciptakan hati tidak kasat mata, jadi
saya tidak tahu berapa parah retaknya. Seandainya kasat mata seperti kaca,
mungkin sudah tampaklah goresan itu di mana-mana.
Dari situlah timbul rasa empati saat melihat status-status
galau yang belakangan sering muncul di beranda rumah biru. Saya tak bermaksud menyalahkan, justru masih
lebih baik diungkapkan dari pada dipendam dan malah bikin sakit-sakitan. Tetapi akan jauh lebih baik lagi bila kita
mulai berusaha berpikir yang baik, sehingga apa yang kita tulis di media sosial
pun bermuatan yang baik. Nah, ini yang sulit. Saya sendiri juga tak boleh
munafik kalau kadang belum bisa berlaku seperti ini. Namun jika saya berbuat
buruk dan sekaligus mengajak menuju ke keburukan, apa bedanya saya dengan
setan? Jadi bagi saya, bila ada insan yang mengatakan tentang kebaikan, tetapi
belum dapat mempraktikkannya, itu manusiawi. Jadi saya mohon jangan dikecam.
Temanilah saya agar sama-sama berubah menuju ke arah kebaikan.... ^_^
No comments:
Post a Comment