Gara-gara nonton live Shawn, Max, dan MP, waktu Shawn ditanya sama MP apakah benar dia Cuma hapal satu kartu, aku jadi kepikiran. Mereka sebenarnya adalah mahasiswa yang mengikuti kompetisi kecerdasan antar mahasiswa yang diselenggarakan oleh lembaga bimbingan pembelajaran secara online.
Shawn sebenarnya hapal 52 kartu, tapi karena tidak familiar dengan AdaptoX (sebuah alat pengisi jawaban berbentuk tab elektronik), dia melakukan kesalahan ketika memasukkan jawabannya. Jadi bukan seperti dugaan orang-orang yang mengira dia asal coba saja. Dia benar-benar sudah memastikan bahwa dia hapal, lalu baru berjalan ke AdaptoX untuk memasukkan jawabannya.
Sebenarnya dia punya tiga nyawa. Nyawa pertama, dia hanya berhasil memasukkan satu kartu. Nyawa kedua, enam kartu. Dan di nyawa ketiga, dia berhasil sepuluh kartu. Tapi mungkin karena durasi tayangan di Ruang Guru dan YouTube diperpendek, adegan itu dipotong oleh editor. Jadi yang terlihat hanya momen ketika Shawn mendapatkan satu kartu.
Makanya di TikTok dia terus disindir: “Pesona cowok yang Cuma hapal satu kartu.”
Menurutku klarifikasi yang dia berikan masuk akal. Dia benar-benar bisa menjelaskan secara detail metode yang dia pakai untuk menghapalkan kartu-kartu itu. Lagi pula, setahuku dalam lomba-lomba seperti OSN, cara pengambilan jawabannya masih menggunakan kertas dan alat tulis. Jadi wajar kalau dia tidak terbiasa dengan AdaptoX.
MP bahkan menambahkan informasi, bahwa bukan hanya Shawn yang bermasalah dengan AdaptoX waktu itu.
Pantesan pas Shawn tereliminasi aku merasa nggak bisa move on. Aku terus bertanya-tanya: kenapa? Rasanya nggak mungkin!
Sebagai cewek yang memang cenderung suka cowok pintar, aku merasa Shawn termasuk tipe itu. Dari tatapan matanya, dari caranya bicara, ada sesuatu yang membuatku yakin. Memang, di COC Season kali ini banyak peserta pintar, tapi prediksiku Shawn setidaknya bisa masuk sepuluh besar. Apalagi di Harmonic Math, dia berhasil menempati posisi lima.
Karena tidak menemukan jawaban, akhirnya aku menyimpulkan sendiri: mungkin aku memang baper sama dia. Atau mungkin benar kata orang-orang di TikTok, “Blasteran kan emang, separuh Indo, separuh nafasku.” Jadi ketika dia tereliminasi, rasanya seperti ada yang hilang.
Sekarang aku sadar, ternyata bukan sekadar baper.
Kemarin aku nonton vlog Shawn di YouTube, tentang perjuangannya setelah dinyatakan lolos dan jadi cast COC Season 2. Dia latihan berbicara di depan kamera, latihan berhitung mental math, bahkan latihan menghafal rangkaian nomor. Semua itu dia lakukan sambil berjalan menuju tempat salat Jumat—karena masjid di Kanada cukup jauh dari tempat dia menginap. Di perjalanan panjang itu, dia tetap semangat sambil ngobrol dan merekam video.
Saking bapernya, aku sempat mikir: pasti Shawn sakit hati banget waktu gagal hanya karena tidak familiar dengan AdaptoX, padahal dia sudah berusaha keras sebelum berangkat ke Indonesia.
Akhirnya aku berpikir, yang paling penting sekarang adalah semoga dia selalu bahagia. Semoga dia mendapat kebahagiaan lain yang lebih besar daripada apa yang gagal dia perjuangkan di COC Season 2.
No comments:
Post a Comment