Pria
bertubuh jangkung dan berkulit pucat itu terbangun dari tidurnya di tengah
malam yang dingin, tepat ketika kedua jarum jam di dinding kamarnya menunjuk ke
angka 12. Buru-buru dia singkap selimutnya yang tebal dan lembut, lalu berlari mendekati
meja, dan kemudian membuka dan menyalakan notebook. Sebuah pesan sudah masuk ke
akun facebooknya.
From:
Karunia Putri
Selamat hari
jadi persahabatan kita
13/05/2015
00:05
Tanggal 13
bulan Mei. Tepat satu tahun persahabatan mereka. Dua insan yang jauh berbeda,
tetapi telah mengikat janji saling mengerti dan menerima. Walau mereka hanya
dapat berjumpa lewat dunia maya. Eddy masih ingat betul ketika suatu malam
sepulang dari main futsal dengan teman-temannya dia memutuskan untuk
bersantai di kamar dan membuka akun Facebooknya. Tiba-tiba dia mendapati seorang
wanita mengiriminya permintaan pertemanan sekaligus pesan pribadi.
Karunia
Putri
Boleh
kenalan nggak?
Eddy Widodo
Boleh.
Karunia
Putri
Hai, namaku
Nia. Aku dari Palembang. Aku seorang penyandang tuna rungu.
Belum pernah sebelumnya dia berkenalan dengan
teman dari dunia maya yang sejujur ini. Bahkan saat baru saja berkenalan. Eddy
pun menanggapinya dengan penuh antusias.
Ketika itu,
baru beberapa hari yang lalu Nia dibuatkan akun Facebook oleh salah satu saudara sepupunya yang kebetulan sedang
berkunjung ke rumah. Daftar temannya di Facebook masih sedikit dan semuanya hanyalah
saudara-saudara sepupunya yang kebanyakan rese
dan susah nyambung ketika diajak
bicara. Sebab menurutnya tak ada satu pun dari mereka yang mau berusaha
memahaminya. Nia merasa sangat butuh teman yang bersedia diajaknya curhat, yang
mau memahaminya, dan yang bisa membuatnya merasa nyaman. Dari situlah timbul
keinginannya untuk mencoba mencari kenalan baru lewat Facebook.
Seiring
berjalannya waktu Nia merasa beruntung bisa berkenalan dengan Eddy. Baginya
Eddy nyambung banget saat diajaknya
bercerita tentang banyak hal. Dari mulai hal-hal yang ringan dan seru, seperti
misalnya tentang film, musik, atau pun acara televisi. Kadang selera mereka
bisa kebetulan sama, tetapi saat berbeda Nia berusaha memahaminya. Tak jarang
mereka juga membahas tema yang berat dan rahasia. Seperti tentang kisah
kehidupan mereka masing-masing. Nia bisa merasa sangat nyaman ketika curhat
dengan Eddy, karena dia tak pernah menghakiminya ketika dia menceritakan
kekurangan atau pun kesalahannya, dia
hanya mengingatkan dan memberi saran dengan pemilihan kata-kata yang halus dan
tak terkesan menggurui.
Semua
mengalir begitu saja. Berkenalan, saling berkomunikasi, curhat, dan menanyakan
kabar setiap hari. Hingga empat bulan kemudian Eddy mendadak mengirimkan pesan yang membuat Nia merasa
dunia seolah berhenti berputar. Nia tak pernah menyangka dia akan mendapatkan
pesan semacam ini.
Eddy Widodo
Maukah kau
jadi sahabatku untuk selamanya?
Tanpa pikir panjang Nia langsung mengangguk
berkali-kali. Lalu tertawa sendiri menyadari kekonyolannya. Bukan anggukan yang
Eddy butuhkan, karena dia tak akan dapat melihatnya. Nia pun cepat-cepat
mengetik balasan. Hanya satu kata, iya. Dan sejak itu mereka sepakat untuk
menjadi sahabat selamanya.
Selama ini
mereka hanya berkomunikasi dengan bertukar teks. Hingga suatu hari Nia
mengenalkan Eddy pada mamak-nya via telepon. Sejak itu Eddy sering menelepon.
Karena tak dapat mendengar, gadis berambut panjang itu hanya bisa menyaksikan mamaknya
dan Eddy mengobrol di telepon. Lalu usai telepon mamaknya akan menceritakan apa
saja yang mereka bicarakan tadi. Mamaknya hanya perlu berbicara pelan-pelan,
sebab sang anak mampu membaca gerak bibir.
“Sepertinya
dia pemuda yang baik. Dia jujur dan terbuka sekali dengan Mamak.” Nia tersenyum
senang, karena Mamak juga menerima dan bahkan menyukai Eddy.
Semakin hari
Eddy menjadi sangat akrab dan sering mengobrol dengan mamak-nya Nia. Hingga dia
mengganggap mamak-nya Nia sudah seperti ibunya sendiri. Bahkan, tanpa malu-malu
Eddy pernah curhat ke Mamak jika dia menyukai Nia dan sangat berharap suatu
saat dapat berjumpa dengannya.
Bersambung........
No comments:
Post a Comment