Thursday 9 July 2015

Sahabat Maya

Pria bertubuh jangkung dan berkulit pucat itu terbangun dari tidurnya di tengah malam yang dingin, tepat ketika kedua jarum jam di dinding kamarnya menunjuk ke angka 12. Buru-buru dia singkap selimutnya yang tebal dan lembut, lalu berlari mendekati meja, dan kemudian membuka dan menyalakan notebook. Sebuah pesan sudah masuk ke akun facebooknya.
From: Karunia Putri
Selamat hari jadi persahabatan kita
13/05/2015 00:05

Tanggal 13 bulan Mei. Tepat satu tahun persahabatan mereka. Dua insan yang jauh berbeda, tetapi telah mengikat janji saling mengerti dan menerima. Walau mereka hanya dapat berjumpa lewat dunia maya. Eddy masih ingat betul ketika suatu malam sepulang dari main futsal  dengan teman-temannya dia memutuskan untuk bersantai di kamar dan membuka akun  Facebooknya. Tiba-tiba dia mendapati seorang wanita mengiriminya permintaan pertemanan sekaligus pesan pribadi.

Karunia Putri
Boleh kenalan nggak?

Eddy Widodo
Boleh.

Karunia Putri
Hai, namaku Nia. Aku dari Palembang. Aku seorang penyandang tuna rungu.

 Belum pernah sebelumnya dia berkenalan dengan teman dari dunia maya yang sejujur ini. Bahkan saat baru saja berkenalan. Eddy pun menanggapinya dengan penuh antusias.

Ketika itu, baru beberapa hari yang lalu Nia dibuatkan akun Facebook oleh salah satu saudara sepupunya yang kebetulan sedang berkunjung ke rumah. Daftar temannya di Facebook  masih sedikit dan semuanya hanyalah saudara-saudara sepupunya yang kebanyakan rese dan susah nyambung ketika diajak bicara. Sebab menurutnya tak ada satu pun dari mereka yang mau berusaha memahaminya. Nia merasa sangat butuh teman yang bersedia diajaknya curhat, yang mau memahaminya, dan yang bisa membuatnya merasa nyaman. Dari situlah timbul keinginannya untuk mencoba mencari kenalan baru lewat Facebook.

Seiring berjalannya waktu Nia merasa beruntung bisa berkenalan dengan Eddy. Baginya Eddy nyambung banget saat diajaknya bercerita tentang banyak hal. Dari mulai hal-hal yang ringan dan seru, seperti misalnya tentang film, musik, atau pun acara televisi. Kadang selera mereka bisa kebetulan sama, tetapi saat berbeda Nia berusaha memahaminya. Tak jarang mereka juga membahas tema yang berat dan rahasia. Seperti tentang kisah kehidupan mereka masing-masing. Nia bisa merasa sangat nyaman ketika curhat dengan Eddy, karena dia tak pernah menghakiminya ketika dia menceritakan kekurangan atau pun  kesalahannya, dia hanya mengingatkan dan memberi saran dengan pemilihan kata-kata yang halus dan tak terkesan menggurui.

Semua mengalir begitu saja. Berkenalan, saling berkomunikasi, curhat, dan menanyakan kabar setiap hari. Hingga empat bulan kemudian Eddy mendadak  mengirimkan pesan yang membuat Nia merasa dunia seolah berhenti berputar. Nia tak pernah menyangka dia akan mendapatkan pesan semacam ini.

Eddy Widodo
Maukah kau jadi sahabatku untuk selamanya?

 Tanpa pikir panjang Nia langsung mengangguk berkali-kali. Lalu tertawa sendiri menyadari kekonyolannya. Bukan anggukan yang Eddy butuhkan, karena dia tak akan dapat melihatnya. Nia pun cepat-cepat mengetik balasan. Hanya satu kata, iya. Dan sejak itu mereka sepakat untuk menjadi sahabat selamanya.

Selama ini mereka hanya berkomunikasi dengan bertukar teks. Hingga suatu hari Nia mengenalkan Eddy pada mamak-nya via telepon. Sejak itu Eddy sering menelepon. Karena tak dapat mendengar, gadis berambut panjang itu hanya bisa menyaksikan mamaknya dan Eddy mengobrol di telepon. Lalu usai telepon mamaknya akan menceritakan apa saja yang mereka bicarakan tadi. Mamaknya hanya perlu berbicara pelan-pelan, sebab sang anak mampu membaca gerak bibir.

“Sepertinya dia pemuda yang baik. Dia jujur dan terbuka sekali dengan Mamak.” Nia tersenyum senang, karena Mamak juga menerima dan bahkan menyukai Eddy.
Semakin hari Eddy menjadi sangat akrab dan sering mengobrol dengan mamak-nya Nia. Hingga dia mengganggap mamak-nya Nia sudah seperti ibunya sendiri. Bahkan, tanpa malu-malu Eddy pernah curhat ke Mamak jika dia menyukai Nia dan sangat berharap suatu saat dapat berjumpa dengannya.

Bersambung........ 

No comments:

Post a Comment