Sunday 24 April 2022

Film Anak-anak Paling Gila yang Pernah Kutonton

 

Review The Willoughby

Film anak-anak paling gila yang pernah aku tonton. Bener-bener gila sih! Aku nggak pernah menduga ada orang-orang yang berani memasukkan kisah seperti ini dalam film anak-anak. Tapi bukan berarti buruk sih. karena menurut aku setiap kisah memiliki pelajaran yang bisa dipetik. Tergantung bagaimana kita memandangnya.

Walaupun aku tahu sih, di dunia nyata bukan berarti nggak mungkin ada orang tua yang memperlakukan anaknya dengan tidak baik. Tapi hampir semua kisah-kisah yang ada dalam bentuk film, terutama untuk anak-anak, pasti menceritakan tentang keluarga bahagia dan orang tua yang penuh kasih. Film ini menurut aku semacam anomali.

Jadi film ini menceritakan tentang sepasang suami istri yang saling mencintai, dengan cara mereka mencintai yang benar-benar norak dan berlebihan. Mungkin kalau di era anak muda jaman sekarang, kita biasa menyebut bucin, alias budak cinta. Parahnya cinta mereka itu hanya berlaku untuk satu sama lain, tapi tidak untuk anak-anaknya. Mereka menelantarkan anak-anaknya, hanya menikmati masa-masa berdua sepanjang waktu, dan menghukum anaknya dengan sesuka hati.

Jadi inget kata-kata netizen, " cinta nggak selamanya indah Dik." Tapi serius deh film ini benar-benar menggambarkan itu. Iya maksudnya mungkin bagi mereka cinta mereka itu indah, tapi sayangnya bagi anak-anaknya itu adalah penderitaan.

Sampai suatu ketika di depan gerbang ada seseorang yang membuang bayi, bayi itu ditemukan oleh 4 anak dari sepasang suami istri bucin tadi. Empat anak tersebut akhirnya mengirimkan si bayi ke sebuah pabrik permen, di mana di sana ada seorang lelaki gagah dan agak menyeramkan. Tapi dalam bayangan mereka lelaki itu adalah sosok orang tua yang sempurna.

Mereka kemudian iri pada si bayi yang mendapatkan orang tua yang mungkin sempurna, dan mereka berharap memiliki orang tua yang sempurna juga seperti itu. Lalu mereka berpikir untuk menjadi anak yatim. Kemudian merancang strategi untuk mengirim kedua orang tuanya ke rangkaian perjalanan liburan yang berbahaya. Tentu saja untuk tujuan agar mereka menjadi yatim, dengan harapan menemukan orang tua baru yang lebih menyayangi mereka. Tapi ternyata mereka tidak ditinggalkan sendirian, seperti yang mereka harapkan. Karena kedua orang tua mereka mempekerjakan seorang pengasuh anak-anak.

Mungkin karena sama-sama anak pertama, aku bisa sangat memahami kenapa salah satu dari keempat anak itu, yang bernama Tim sangat mencurigai sang pengasuh. Karena jujur saja waktu awal-awal aku pun menaruh kecurigaan yang sama pada sang pengasuh. Meski ternyata sang pengasuh yang bernama Linda, tidak seburuk yang diduga Tim.

Film ini juga mengajarkan padaku bahwa kita tidak boleh menilai seseorang hanya dari penampilannya. Karena Kapten Melanof, sang pemilik pabrik permen yang menurutku menyeramkan, karena tinggi, gagah, dan bersuara keras ternyata punya hati yang selembut permen kapas.

Film ini juga mengajarkan bahwa yang namanya watak seseorang itu nggak bisa diubah, bahkan walaupun sudah melewati kesulitan dan diselamatkan oleh orang lain. Seburuk itu orang tua mereka. Benar-benar ending yang mengejutkan. Karena aku sempat berpikir bahwa akhirnya mereka akan berubah dan hidup sebagai keluarga yang bahagia selama-lamanya.

Walaupun aku bisa mengerti bagaimana perasaan dan memahami pilihan-pilihan langkah yang diambil Tim, tapi aku lebih suka sama suaranya Jane. Bahkan saat dia berbicara. Apalagi saat dia menyanyi. Aku juga dibuat jatuh cinta sama soundtrack lagunya, "I Choose."

Setelah aku mencari di google ternyata pengisi suaranya memang seorang penyanyi. Oalah, pantesan! Alessia Cara. Ternyata selain bersuara bagus, lagu-lagunya yang lain juga keren banget menurutku. Liriknya punya makna, alunan musiknya enak banget di telingaku. Terutama yang "Scars To Your Beautiful."

Dari hasil googling juga katanya ini masuk dalam kategori anime comedy. Walaupun sepanjang film aku nggak bisa ketawa. Rasanya miris, sedih, dan pengen nangis. Sayangnya karena nggak ada adegan nangis-nangis ala drama, jadi ya, nggak bisa nangis. Mungkin ini yang disebut dark joke.

Secara keseluruhan film animasi ini masih cocok sih ditonton anak-anak, karena visualnya yang penuh warna, tokohnya anak-anak, walaupun konfliknya cukup kelam tapi nggak rumit, dan menampilkan hal-hal yang disukai anak-anak seperti permen. Tapi butuh ditemani orang tua yang bisa mengarahkan mana yang patut ditiru dan mana yang hanya boleh sekedar menjadi tontonan bukan tuntunan.

Film ini bagus, walaupun untuk anak-anak butuh bimbingan orang tua. Aku suka. Walaupun nggak berhasil bikin tertawa.





No comments:

Post a Comment