Sunday, 18 October 2020

Opini Pribadi Tentang Film Red Shoes and the Seven Dwarfs


Opini Pribadi Tentang Film "Red Shoes and the Seven Dwarfs" 

Film ini menceritakan tentang 7 pangeran yang justru membunuh sang putri karena penampilannya bagaikan penyihir. Ternyata sesungguhnya dia putri peri, yang kemudian mengutuk mereka menjadi kerdil dan hijau, seperti Shrek. Kutukannya bisa menghilang apabila seorang putri cantik yang menciumnya. 

Di tempat yang berbeda, Putri Salju menemukan sebuah pohon ajaib yang berbuah apel, dan apel tersebut bisa berubah menjadi sepasang sepatu ajaib. Saat sang putri memakainya, dia pun berubah menjadi wanita yang langsing dan cantik. Putri Salju melarikan diri dari ibu tirinya, penyihir Regina. Hingga tersesat ke rumah 7 kurcaci. Ketika ditanya, dia pun mengaku bernama Sepatu Merah, dan karena terpesona kecantikannya mereka memutuskan melindungi dan berjanji membantu menemukan ayahnya. Sebenarnya mereka berlomba membuatnya jatuh cinta, dan mencium salah satunya demi mematahkan kutukan. 

Seiring bergulirnya waktu, sang putri ternyata jatuh cinta pada Merlin, dan mereka berciuman, tetapi kutukannya tetap melekat. Merlin kecewa, tapi Sepatu Merah berkata bahwa dia mencintai Merlin apa adanya. Tiba-tiba raksasa jahat menyerang dan demi menyelamatkan Merlin, Sepatu Merah melepaskan sepatunya. Ternyata Merlin tidak bisa menerima Putri Salju, dia meninggalkan begitu saja. 

Waktu Merlin menyadari tentang perasaannya, dan kembali menemui Putri Salju, Regina sudah menangkapnya dan membawa anak tirinya kembali ke kastil, bahkan mengubahnya menjadi pohon ajaib yang berbuah apel dan berubah menjadi sepasang sepatu baru.

Dapatkah Merlin menyelamatkan sang putri? Silakan saksikan sendiri 😊🙏🏻

***  

Seandainya aku seorang ibu, aku rasa nggak akan mengizinkan putra dan putriku nonton film ini sebelum berusia di atas 13 tahun. Karena Pangeran dalam film ini bukan tokoh yang digambarkan sopan dan berwibawa seperti kebanyakan dongeng ala putri.

Merlin dan kawan-kawan digambarkan sebagai sosok yang suka modus. Bersikap baik karena ada maunya. Mengucapkan kata-kata rayuan yang menurut aku terdengar terlalu dewasa untuk didengar anak-anak, yaa.. Walaupun nggak ngomongin adegan panas menjurus porno, tapi tetap saja mengggelikan.

Tapi nggak buruk kok. Cuma mungkin ini bukan dongeng yang layak untuk anak. Mungkin lebih tepat untuk remaja. Karena sesungguhnya di akhir cerita, film ini menyimpan pesan moral yang sangat bagus. Tentang ketulusan, tanpa memandang penampilan fisik seseorang. Juga tentang penerimaan terhadap diri sendiri, bagaimana pun kondisi fisiknya.

Berbeda dengan dongeng Disney yang biasanya menonjolkan kekeluargaan. Seperti misalnya hubungan antara Anna dan Elsa yang begitu hangat dan membuatku terhanyut. Hubungan antara ayah dan anak (si Putri Salju), terkesan biasa aja. Berbeda juga dengan kisah Beauty and the Beast, yang seingatku hubungan antara ayah dan anaknya juga digambarkan dengan indah. Film ini menurutku lebih menonjolkan kisah cinta Merlin dan Putri Salju.

Secara visual, bagus. Gambarnya jernih. Pemandangan alam yang indah. Juga karakter kartun yang enak dilihat. Bahkan walaupun bertubuh gemuk, Putri Salju sesungguhnya tetap terlihat cantik. Begitu pula Merlin saat dalam kondisi dikutuk jadi kerdil. Malah unyu ngegemesin gimana gitu.

Menarik, bagus, tapi aku kurang suka. Mendingan nonton Film Elsa dan Anna dalam Frozen lagi ajalah...

Udah gitu aja. Ntar kalau panjang ada yang protes 😶

______ 

Red Shoes and the Seven Dwarfs merupakan film fantasi animasi komputer Korea Selatan tahun 2019, yang diproduksi oleh Locus Corporation. Ide cerita berdasarkan pada dongeng Jerman oleh Brothers Grimm dan namanya berasal dari dongeng Denmark The Red Shoes

No comments:

Post a Comment